Cinta : Jangan Gegabah !

by - September 12, 2018

Dalam aplikasinya, manusialah yang sering menjadikan rumit apa yang sudah Allah mudahkan. Terlebih dalam hal cinta.

Saya sering mengatakan kepada hati yang sedang terlena, agar tak gegabah dalam menanggapi rasa.  Apa lagi jika kita adalah tipe seorang yang mudah jatuh cinta. Khawatir gejolak itu hanya kagum semata.

Banyak sekali cerita, di mana perjuangan cinta berakhir tak sesuai rencana. Dan mirisnya, kebanyakan kasus diawali dengan sebuah janji lamaran. Ya, hanya janji yang belum pasti.

Tak perlulah berjanji bahwa besuk akan melamar. Ibaratnya tiket, kata janji itu sudah seperti booking. Booking si dia untuk dilamar besuk. Iya kalau nanti waktunya tiba, kalian menikah dengan seseorang yang dicinta. Nah, kalau tidak bagaimana?.

Zaman sekarang, remaja kita sudah termakan oleh kisah cinta yang termuat dalam novel, film, atau karya fiksi lainnya. Dengan figur yang sama-sama berkomitmen pada sebuah janji dan berakhir bahagia. Seolah-olah mereka bisa meniru cerita happy ending sesuai novel yang dibaca. 

Dalam proses menantinya, bukan suatu hal yang mudah untuk dijalani. Ekspektasi  harapan untuk bahagia bisa saja hilang seiring luruhnya iman. Di sini kita akan  disuguhkan dengan berbagai perangkap zona bermain syaitan atau biasa kita sebut sebagai zina pikiran. 

Tidakkah kalian mendambakan layaknya kisah Ali bin Abu Thalib R.A dengan Fatimah bin Muhammad R.A ? keduanya mencintai dalam diam. Nggak ada tuh, istilah Ali R.A berjanji kepada Fatimah besuk akan melamar. 

Bahkan sebelum Ali R.A sempat mengatakan apa pun, Ia sudah dihadapkan dengan orang yg lebih dahulu melamar Fatimah. Sekali lagi, Ali hanya diam.

Tapi yang namanya garis takdir sungguh mengejutkan. Allah ternyata memilih Ali sebagai pendamping Fatimah. Bukan yang lain. Sedikit kisah ini bisa dijadikan teladan dalam hal menyikapi radar cinta yang muncul tanpa permisi.

Lho Kak, bagaimana jika semuanya sudah terlanjur ? Kita sama-sama berjanji untuk saling memperjuangkan namun tidak saling menunggu satu sama lainnya.

Jujur dalam hal ini, tak banyak yang bisa saya jabarkan. Pasalnya, pengalaman saya juga masih cetek soal cinta. Namun izinkan saya mengeluarkan apa yang ada di pikiran absurd ini.

So, kita mudah saja membuat teori A, B, dan C. Masalahnya hidup tak pernah mulus seperti pada teorinya. Itu kan yang kalian maksud ? Ada satu kondisi di mana kitalah yang benar-benar faham akan situasinya. Sehingga terlanjur  berjanji tentang sesuatu yg belum pasti.  Maka jalan satu-satunya adalah  Takwa. Lebih dekatlah kepada pemilik rasa. Karena ia yang paling Kuasa atas segalanya.

Untuk kalian yang sedang dalam proses manantikan dan memperjuangkan. Bolehlah kita menganggap proses yang kita tempuh tak melanggar syariat. Tanpa pacaran misalnya. Dengan kedok berupa "Cinta dalam diam".  

Kawan, aplikasi dari pacaran bukan hanya pada status. Berkholwat dalam sosmed atau chatingan juga bagian dari pacaran meski tanpa status. Sungguh manis bukan, cara syaitan menjerumuskan manusia . Dan sayangnya kebanyakan dari kita bahkan lupa dan tak menyadarinya, atau malah pura - pura lupa. Cukuplah kita mencintai dalam diam. Menanti dalam diam, namun riuh dalam doa.

Perhatikan setiap gerak-gerik kita. Jangan-jangan kitalah yang disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai seseorang yang melampaui batas. Ingat, dalam kehidupan sudah pasti akan ada banyak ujian yang menunggu untuk dibungkam dengan iman.

Sering kita risau tentang hati manusia yang sejatinya mudah berubah. Khawatir cinta terkikis karena tiada sapa antara kedua insan. Takut karena banyaknya kasus penantian yg brakhir kecewa. Takut jika ternyata dia yang sudah diperjuangkan bukanlah jodoh yg tertulis dalam Lauhul Mahfudz seperti yang diharapkan. 

Sebagai seorang yang mengaku beriman, nampaknya tak perlu risau. Dialah sang penguat rasa. Ia Pemilik hati seluruh hamba, tak terkacuali dia yang disebut sebagai calon penggenap iman. Percayalah, panas setahun akan terhapuskan oleh hujan sehari. Lelahnya penantian takwa yang kita tempuh pastilah akan terbayarkan dengan manisnya perjuangan.

Allah tiada pernah mendusta. Ia sangat mudah luluh pada hambanya yang berusaha dalam ikhtiar dan doa. Apalagi jika kita tetap bertakwa. Maka dari itu, cukup kepada Allah saja hati bermuara. Buat Ia jatuh cinta kepada ketaatanmu, dengan begitu semoga Allah senantiasa jatuhkan hatinya padamu. 

Namun jika ternyata tak berjalan sempurna,Yakinlah rencana Allah akan jauh lebih sempurna.


You May Also Like

0 coment�rios