Cinta Dan Setia Itu Berat !

by - September 16, 2018

Cinta Dan Setia Itu Berat


Sebuah catatan dari jejak tsurayya yang sedang belajar memahami dua kata. Cinta dan setia. Sedikit warna dari ragam  iman yang tak akan pernah bisa anda fahami jika belum melewati yang namanya gelombang ujian. Ujian penentu iman ini bahkan dipertegas dalam Al-Qur'an, " tidaklah suatu hamba dikatakan beriman jika belum datang suatu ujian kepadanya. "

Kalau anda hobi membaca novel, tentunya ada banyak contoh kisah yang menggambarkan betapa rumitnya mengaplikasikan dua kata yang terdengar indah ini.  Tapi sayangnya mindset kita terlalu kecil dalam memahami maksud dari cinta dan setia. Dengan kata lain, mungkin kita telah faham. Tapi belum benar - benar faham.

" Ah, sudahlah ! omong kosong dengan cinta manusia. Banyak orang bilang lahirnya seorang bayi adalah bukti dari cinta kedua insan. Kalau seperti itu, apakah dampak dari pergaulan bebas juga bagian dari cinta ? nyatanya semua sekadar pemuas nafsu gila saja. "

Dan saya berani mengatakan, ya ! anda benar. Mungkin itu juga alasan kenapa dulu saya tak berani membuka satu pun pintu hati untuk yang lainnya. Merasa bahwa cinta manusia itu penuh kepalsuan. Selalu ada maksud kotor dibaliknya. Istilah umumnya modus. Hanya berhasrat memiliki tanpa ada usaha real untuk memperjuangkan dalam pembenahan diri.
Tapi, bukankah pemikiran seperti itu akibat dari pengaplikasian cinta yang sudah keluar dari jalurnya ? saya tidak akan menjelaskan lagi bagaimana cinta yang salah itu. Karena sudah dijelaskan pada opini absurd saya yang berjudul Cinta ! Jangan Gegabah. Akan tetapi, saya akan memberikan penagasan di sini bahwa, ketika kita berharap hanya pada manusia tanpa melibatkan Allah di dalamnya, maka jelas. Cinta yang kita pendam itu salah. Sebab Allah sangat pencemburu. Ia yang hadirkan indahnya rasa di hati kita, kenapa Ia yang diduakan ? Ini yang seringkali membuat kita dihadapkan tentang perihnya berharap kepada selain-Nya.

Kembali kepada topik cinta dan setia. Akhir - akhir ini, kerapkali saya mendengar keluhan tentang " remaja baper karena putus cinta " atau " remaja galau karena ditinggal nikah. " Yang akhirnya membuat mereka benci jika melihat postingan terkait pernikahan. Merasa sensi jika menyinggung serba - serbi pernikahan. Dan aura negatif selalu saja membayangi pemikiran dari para remaja. Tak terkecuali remaja yang baru saja menapaki dimensi hijrah. Di awal hijrah, semangat mereka senantiasa menggebu - gebu. Apa lagi jika mengikuti seminar pranikah misalnya. Seolah kalimat dari pemateri langsung membius mindset bahwa hijrah identik dengan nikah dini. Duh, pemikiran dari mana ini? padahal yang dimaksud si pemateri adalah fase pembenahan akhlak pribadi.

Jodoh cerminan diri. Itu artinya akhlak dan kelakuan kita yang perlu dibedah. Hijrah itu fase di mana kita melakukan up grade iman. Meninggalkan masa kelam demi menyongsong masa depan. Hijrah bukan nikah ! jangan terburu - buru bicara cinta, apalagi nikah. Karena hijrah bukanlah sekadar cover. Sangat keliru bila perubahan fisik (pakaian) semata dilakukan untuk menimbulkan ketertarikan antara lawan jenis. Ingat ! wanita atau pemuda beriman tak silau dengan cover yang nampak. Mereka lebih bisa berpikir realistis. Bahwa, kadar keimanan seorang bukan saja dilihat dari pakaian yang dikenakan. Tetapi akhlaklah yang lebih bisa menembus benteng hati. Iman bertemu iman. Cocok kan ? saya ingat ketika seorang kawan ikhwan pernah menulis status seperti ini,  "jika aku melihat wanita bercadar, itu tak ada bedanya saat aku melihat wanita berbikini." Nah, lho ! Semuanya tentang akhlak. Rubah mindset hijrah dari sekarang. Motivasi hijrah  adalah meningkatkan kualiatas iman.Titik ! lalu, apa kaitannya iman dengan cinta dan setia ?

Jadi yang ingin saya katakan adalah iman, cinta, setia, dan pernikahan itu saling berkaitan. Sejenak mari kita kembali kepada pembahasan di awal tulisan ini terkait ujian. Rasanya mustahil kalau pernikahan itu selalu dipenuhi canda dan tawa bernada romansa. Apalagi menyatukan dua karakter yang berbeda. Tak mudah. Bahkan dua bulan bukanlah waktu yang cukup untuk memahami pasangan kita nantinya. Kita tak berhak menjudge dia seperti ini, dia seperti itu. Ingat, setiap orang bisa berubah. Nah, di sini perjalanan baru dimulai. Cinta dan setia yang tidak dibekali iman sebelumnya pastinya tak akan menuai sebuah kesabaran dalam mengahadapi ujian.

Ujian itu pasti ada. Dan semua manusia sama - sama akan merasakan betapa beratnya badai yang bernama ujian ini. Hanya saja yang membedakan kita adalah manajemen dalam menghadapi ujian itu sendiri.  Mampukah kita bersabar ? masihkah cinta dan setia itu hadir sebagai solusi atas hubungan rumah tangga yang mulai retak ? Apa anda sudah siap menghadapinya ? bagaimana anda akan tahu, jika yang anda siapkan hanya menerima kelebihan dari pasangan, sedangkan anda sama sekali tak bersiap untuk menerima kekurangan mereka. Bagaimana pula anda akan mampu melewati badai ujian kelak, jika yang dibayangkan soal pernikahan hanya kesenangan saja. Itu kenapa tadi saya menyarankan untuk merubah mindset hijrah. Motivasi hijrah  adalah meningkatkan kualiatas iman. Karena hanya dengan berbekal iman, kita akan kenal yang namanya kata cinta dan setia. Dua kata ini terkesan ringan diucapkan, namun banyak yang melupakan. Sangat sedikit yang mampu memegang kendali agar rumah tangga senantiasa tegak meski dilanda badai perceraian sekali pun. Yang tak kuat, bersiaplah goncang lalu tumbang.

Ada contoh kisah nyata di mana sebuah keluarga sudah berada di ujung tanduk. Pokok permasalahannya sepele. Soal ekonomi. Tapi tindakan suami sudah melampaui batas. Ia menceritakan aib istrinya kepada orang lain. Dalam sebuah keluarga, ini adalah kondisi yang kurang sehat. Selain terkena pasal ghibah, permasalahan keluarga hendaknya kita sendiri yang menyelesaikan. Sebab kita yang tahu bagaimana kondisi keluarga sendiri. Bukan orang lain. Apalagi jika orang ke tiga itu tidak bisa menjadi perantara mediasi.

Sebenarnya, bisa saja permasalahan ini dibicarakan baik - baik tanpa perlu emosi. Hanya saja orang dewasa selalu mengedepankan egonya masing - masing. Mereka tak mau melepas, tapi juga tak mau mencari solusi. Selama kurang lebih dua pekan perang dingin. Suasana rumah layaknya neraka saja. Anak - anak pun ikut terkena dampaknya. Suram. Kehidupan mereka seperti kuburan. Ada namun tiada.

Tak lama tawa dan riang anak - anak muncul kembali. Pasangan ini terlihat mesra sekali. Seperti pengantin baru saja. Padahal usia pernikahan mereka hampir mendekati angka 30 tahun. Kondisi membaik. Kembali hangat seperti keluarga idaman lainnya. Coba tebak. Apa yang membawa perubahan begitu indahnya dalam keluarga itu ? Tak lain karena dasar cinta dan setia dari kedua belah pihak. Mungkin ini yang dinamakan cinta karena Allah. Si suami sama sekali tak terlihat sebagai pemimpin dalam kriteria islam. Hanya saja ia seorang yang setia kepada istrinya, meski sang istri pemarah naudzubillah. Dan juga cinta tulus dari sang istri pun yang membuat ia menerima semua kekurangan suaminya, meski kalau dihitung jumlah kesalahan suami seluas lautan sekali pun. Ia tetap cinta. Sifat setia dari suami menjadikan tingginya  bakti dari seorang istri kepada suami. Sebuah keimanan yang menghasilkan cinta dan setia dalam kesabaran. Ah, sungguh iri saya dibuatnya.

Mengingat di zaman sekarang, sangat sedikit orang yang mampu bertahan pada kondisi ini. Ditambah berita perceraian artis yang semakin sering saja terdengar. Saya heran, kenapa mereka mudah sekali memutuskan untuk bercerai, padalah Allah sangat membencinya. Kemana perginya cinta yang sering mereka sebutkan ? Di mana letak setia yang selalu mereka umbar kepada media ? Allahua'lam.

Maka dari itu, sebelum anda mengarungi bahtera yang diidamkan, ada baiknya mempersiapkan iman terlebih dahulu. Perbaiki akhlak yang belum benar. Cari bekal sebanyak mungkin. Bisa dengan membaca, mengikuti seminar atau pengajian, serta berkumpullah dengan orang - orang yang sekiranya ringan kata untuk mengingatkan jika kita salah. Senantiasa up grade iman dan takwa, dan jangan pernah berhenti dalam berdoa. Tetap bersyukur meski kini statusmu masih menjoblo. Barangkali karena kita belum siap, maka Allah siapkan kita dengan caranya. Karena Allah sayang, maka ia tak akan ingkar. Selamat berhijrah, semoga anda selalu dalam kondisi istiqomah mengejar Illah until jannah.




You May Also Like

2 coment�rios

  1. tulisan yang inspiratif ... kritik : antara paragraf 3 dan 4 dari bawah rasanya kurang mecing deh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Terimakasih untuk krisarnya.

      Akan diperbaiki untuk kedepannya👌

      Hapus