Ini Alasan Kenapa Muslim Wajib Menulis

by - Oktober 13, 2018

Ini Alasan Kenapa Muslim wajib Menulis By Jejak Tsurayya.
Sumber : Pixabay.com

Berawal dari keresahan terhadap sikap masyarakat, yang seringkali tidak manusiawi dan berlaku sewenang-wenang. Dan sangat jauh menyimpang dari kaidah syariat islam.

Atau maraknya kasus pemerkosaan, yang terjadi di dalam sebuah hubungan pernikahan. Sehingga muncullah argumen dari penulis, yang terkadang keluar dari jalurnya. Argumen itu sering saya sebut sebagai " logika berargumen tanpa iman ". Logika ini yang kemudian menjadi biang kerok dari berbagai tulisan yang tidak berisi dan tidak bertanggungjawab.

Sebagai contoh, tulisan yang seolah menghalalkan perilaku seks bebas di luar pernikahan, asalkan didasari atas rasa suka sama suka. Dari pada seks di dalam pernikahan yang diwarnai dengan tindak asusila, seperti pemerkosaan atau KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga ). Serta masih banyak lagi tulisan-tulisan yang tak berfaedah. 

Iya kalau nalar si pembaca sekuat imannya, bisa saja ia dengan mudah mengatakan bahwa artikel yang barusan dibacanya berkonotasi negatif. Kalau kebetulan ia tak selihai itu dalam mencerna informasi ? Sudah pasti akan banyak pembaca yang berspekulasi senada dengan penulis. 

Dan hebatnya lagi, dari beberapa komentar pro dan kontra yang dijawabnya, saya mengetahui bahwa penulis tersebut adalah seorang wanita BERJILBAB ! Wow ! Berarti beliau muslim dong ?! Berarti bukan hanya misionaris yang menyerang akidah-akhlak muslim saja, melainkan sesama muslim yang kini  mulai memainkan ideologi masyarakat kita ! Sebegitu dahsyatnya dunia media sekarang. Ghozwul Fikri ( perang pemikiran ) yang seringkali dianggap remen-temeh, justru ampuh mengoyak akidah dan akhlak kita sebagai seorang muslim.

Media seharusnya menjadi alat yang efektif dalam mengedukasi umat dengan informasi yang mengandung kebenaran. Terlebih bentuk informasi yang berkaitan dengan islam. Agar masyarakat dapat berperilaku sesuai tuntunan syari'at islam secara utuh, tanpa mencampur adukkan antara yang hak dengan yang batil.

Akan tetapi, masyarakat kita terlalu sering dicekoki dengan banyaknya berita tak penting. Seputar selebritis, atau pun dunia persinetronan yang digandrungi masyarakat, dengan adegan ala kebarat-baratan. Fakta ini yang kemudian menimbulkan regenerasi umat yang super alay bin lebay. Kemampuan berpikir mereka sangat minus dalam menyerap informasi yang diterima.  Sehingga, ketika membaca informasi yang menggunakan permainan logika, mereka langsung mengiyakan tanpa klarifikasi apakah artikel tersebut jelas kebanarannya, atau hanya berisi hoax saja.

Fenomena ini yang menjadikan para penulis muslim untuk terjun langsung dan berjuang dalam permainan politik media. Baik itu media online, maupun sosial media. 

" Ilmu itu bagaikan hasil buruan di dalam karung, menulis adalah ikatannya " 
- Imam As -Syafii -

Mari kita sedikit menengok kilas balik,  ketika islam berada pada puncak masa keemasannya. Dimana benua Eropa dan Amerika mengalami kemunduran dan kegelapan pada saat itu. Dalam catatan sejarah, peradaban islam tak lepas dari budaya keilmuan seperti membaca, meneliti, menulis, dan berdiskusi. Tokoh - tokoh besar islam sangat produktif berkarya di berbagai bidang. Seperti Imam As-Syafii, Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki, Imam Ghazali, Ibnu Taimiyah dan masih banyak lagi yang karyanya masih dipelajari hingga saat ini.

Islam kerap kali digambarkan oleh pihak yang tak mengenalnya sebagai agama yang terisolasi. Semata karena budaya membaca dan menulis yang kian hilang dari peradaban. Maka tak heran kenapa islam kini begitu terbelakang. Kiblat keilmuan pun sudah merujuk pada standar keilmuan barat dengan sengaja meniadakan tokoh keilmuan muslim serta pengaruhnya.

Namun banyak yang tak sadar. Sesungguhnya islam tak pernah sedikit pun mengalami kemunduran. Terbukti dengan semakin banyaknya tingkat kesadaran umat akan pentingnya budaya literasi. Dan banyak pula komunitas - komunitas yang secara tegas mengupayakan budaya berliterasi khususnya bagi umat muslim itu sendiri.

" Jika kau bukan anak Raja, juga bukan anak Ulama' besar, maka MENULISLAH " 
- Imam Al - Ghazali -

Sebuah kalimat dari Imam Al - Ghazali ini, setidaknya sudah mampu menggerakkan hati kita untuk mulai menulis. Jika kita tak mampu berdakwah bil lisan, setidaknya dakwaklah bil qolam. Dengan tulisan, dengan pena kita meski titik darah menjadi tintanya. Ketahuilah, para  orator mungkin dikenang dari gaya penyampaian dan beberapa kalimat intinya saja, sedangkan penulis melalui tulisannya akan terkenang dengan gagasan pemikirannya yang tersampaikan secara utuh.

" Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala, namun satu tulisan mampu menembus ribuan malah jutaan kepala "
- Sayyid Quthb -

Jika tulisan tak bertanggungjawab saja mampu membius jutaan kepala seorang muslim, dipastikan jutaan akhlak dan akidahnya pun ikut terbunuh. Lantas, siapakah yang akan menjaga kehormatan agama islam ini kalau bukan kita?

Rasulullah pernah bersabda, "Hampir saja  orang - orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang - orang yang menyerbu makanan di atas piring. "

Seseorang berkata, " Apakah sedikitnya kami waktu itu ? " 

Beliau bersabda, " Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kalian seperti buih di lautan. Dan Allah mencabut rasa takut musuh - musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn. " 

Seseorang bertanya, " Apakah wahn itu ? "
Beliau menjawab, " Cinta dunia dan takut mati. " ( HR. Ahmad, Al - Baihaqi, Abu Dawud )

Mungkin tidak ada agama yang mampu melebihi jumlah umat muslim, namun tidak ada agama yang lebih terpecah-belah dari pada umat muslim sendiri. Salah satu penyebab utamanya ialah ghozwul fikri. Dari sinilah kita tahu betapa pentingnya urgensi dakwah.

Dakwah di era modern ini memerlukan kekuatan dari  sudut pandang khususnya di bidang literasi. Literasi pun harus menyediakan informasi yang dilandasi kepada ideologi islam, sebagai bekal kaum muslim dalam mencerna dan menilai banyaknya informasi dan peristiwa dengan  lensa Aqidah Islam yang utuh. 
Berikut strategi ampuh dalam berdakwah bil qolam, untuk memenangkan pertempuran di media :

1.  Jernihlah dalam menerima dan menyampaikan kabar, tidak perlu emosi karena banyaknya postingan atau informasi yang sengaja memancing emosi pembacanya. Lakukan dulu tabayun sebelum menyebar berita yang dikhawatirkan adalah berita hoax.

2. Pastikan berita valid atau minimal mendekati valid. Lakukan riset berita dengan mempelajari angle berita, dan identifikasi tentang medianya ( ideologi pemilik media ). 

3. Setelah memastikan bahwa berita itu valid, buatlah opini dakwah kita dengan sudut pandang islam yang sarat dengan informasi bergizi. 

Informasi tersebut dapat berupa pemikiran islam, informasi seputar geliat dunia islam, tafsir, hadist, peristiwa politik - ekonomi internasional, dan masih banyak lagi informasi yang dapat dimasukkan ke dalam opini kita.

4. Ketika opini kita telah muncul ke dunia maya, terapkan di dunia nyata agar kekuatan opini kita menjadi kekuatan yang mampu menggerakkan umat islam kepada perubahan yang benar sesuai syariat islam.

" Kemuliaan bukan milik mereka yang diam, tetapi milik mereka yang memuliakan dan berjuang untuk islam "

Dengan ini, semoga kita tak acuh lagi terhadap serangan-serangan yang gencar dilakukan dalam media. Jangan egois terhadap ilmu. Berbagilah ! Minimal satu hari satu ayat saja atau satu ilmu kita ajarkan, mudah - mudahan ketika orang yang membacanya mendapat hidayah, Allah kemudian merahmati kita dengan hidayah dan karunia-Nya. 



You May Also Like

1 coment�rios

  1. Masya Allah tulisannya menginspirasi. Nambah semangat nulis lagi

    BalasHapus